Bismillah

Bismillah
Awali aktivitas anda di blog ini dengan do'a di atas :)

Thursday 11 August 2016

Keutamaan Shalat Berjamaah


Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sungguh aku ingin memerintahkan seseorang mengumpulkan kayu bakar kemudian aku perintahkan seseorang untuk adzan dan aku perintahkan seseorang untuk memimpin orang-orang shalat. Sedangkan aku akan mendatangi orang-orang (yang tidak ikut shalat berjamaah) lalu aku bakar rumah-rumah mereka. Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, seandainya seseorang diantara kalian mengetahui bahwa ia akan memperoleh daging yang gemuk, atau dua potongan daging yang bagus, pasti mereka akan mengikuti shalat Isya' berjama'ah."
(HR. Bukhari dalam kitab ke-10 Kitab Adzaan, Bab ke-29 Bab Wajibnya Shalat Berjama'ah)

Larangan Menshalati Kaum Munafik


وَلا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ

Terjemahan:
"Dan janganlah kamu sekali-kali menshalati (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik." (At-Tawbah: 84)

Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa ketika Abdullah bin Ubay mati, datang anaknya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meminta gamis beliau untuk kain kafan bapaknya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberikannya. Ia pun meminta agar Rasulullah bersedia menshalati mayat bapaknya. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hendak menshalatinya, Umar ibn Al-Khaththab berdiri memegang baju Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, apakah kau akan menshalatinya padahal Allah telah melarang menshalati mayat kaum munafik?" Rasul menjawab, "Allah menyuruhku memilih dengan firman-Nya: Istaghfir lahum aw la tastaghfir lahum... (Q.S At Taubah: 80)". "Dan seandainya aku tahu bahwa dosanya akan diampuni jika dimintakan ampunan lebih dari tujuh puluh kali, pasti aku akan melakukannya." "Tetapi ia seorang munafik?!" Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tetap menshalatinya. Maka, turunlah ayat ini sebagai larangan menshalati orang yang mati dalam keadaan kafir dan munafik. Sejak turun ayat itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak lagi menshalati kaum munafik. (As-Suyuthi, 2002)

(Sumber: Mengerti Asbabun Nuzul, Muhammad Chirzin, dengan beberapa perubahan redaksi)

Wednesday 10 August 2016

Hadist 'Arbain ke-6: "Dalil Haram dan Halal Telah Jelas"

Source: www.bayusugeng.wordpress.com

"Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadist 'Arbain ke-5: Perbuatan Bid'ah Tertolak

"Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata: "Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya, maka dia tertolak".
(HR. Bukhari dan Muslim)

*Catatan: Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak".

Sunday 7 August 2016

Perilaku Seorang Muslim Terhadap Anggota Keluarga Non Muslim

Source: www.blogkmp.net
لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ

Terjemahan:
“Kamu tidak akan mendapati satu kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang yang menentang itu asdalah bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka...” (QS. Al-Mujadilah : 22)

Ibn Hatim meriwayatkan dari Ibn Syaudzah bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Ubaidah Ibn Al-Jarrah yang membunuh bapaknya, seorang kafir Quraisy, dalam Perang Badar. Ayat itu menegaskan bahwa seorang mukmin mencintai Allah melebihi cintanya kepada sanak keluarganya sendiri. (Al-Suyuthi, 2002)

Dalam riwayat Ibn Mundzir dari Ibn Juraij dikatakan bahwa ayat tersebut berkaitan dengan Abu Bakar As-Shiddiq. Diceritakan bahwa ketika Abu Quhafah, ayah Abu Bakar As-Shiddiq, mencaci maki Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar memukulnya dengan pukulan yang keras hingga terjatuh. Peristiwa itu didengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sehingga beliau bertanya, "Apakah benar kau melakukan itu, hai Abu Bakar?" Ia pun menjawab, "Demi Allah, sekiranya ada pedang di dekatku, pasti kutebas ia dengan pedang." Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut. (Al-Suyuthi, 2002)

(Sumber: Mengerti Asbabun Nuzul, Muhammad Chirzin, dengan beberapa perubahan redaksi)

Sabar Ketika Pertama Kali Ditimpa Musibah

Source: www.rumaysho.com

Dari Anas bin Malik ia radhiallahuanhu, ia berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berjalan melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kubur. Maka beliau berkata: "Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah". Wanita itu berkata: "Kamu tidak menegrti keadaan saya, karena kamu tidak mengalami musibah seperti yang aku alami." Wanita itu tidak menegtahui jika yang menasehati itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu diberi tahu: "Sesungguhnya orang tadi adalah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Spontan wanita tersebut mendatangi rumah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam namun dia tidak menemukannya. Setelah bertemu dia berkata: "Maaf, tadi aku tidak mengetahui anda." Maka beliau bersabda: "Sesungguhnya sabar itu pada kesempatan pertama (saat datang musibah)."
(HR. Bukhari dalam kitab ke-23 Kitab Janaiz, Bab ke-32 Bab Berziarah Ke Kuburan)

Keterangan hadits:
"Sesungguhnya sabar itu pada kesempatan pertama (saat datang musibah)" : Maksudnya, kesempurnaan sabar itu adalah ketika goncangan yang pertama yang datang ke dalam hati. Seolah beliau ingin mengatakan, "Tidak usah mencari alasan, karena aku tidak akan marah kecuali karena Allah. Tetapi, lihatlah pahala yang sudah kau lewatkan karena berputus asa dan tidak bersabar ketika saat pertama munculnya musibah." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memaafkannya atas perlakuan kasarnya terhadap beliau, karena itu muncul dari dirinya ketika ia sedang ditimpa musibah dan ia tidak mengenali beliau. Dan beliau pun menjelaskan kepadanya bahwa kesabaran yang hakiki itu adalah pada saat pertama kali munculnya musibah, karena sabar yang seperti itulah yang dapat menghasilkan pahala.

Friday 5 August 2016

Permulaan Adzan


Dari Ibnu Umar radhiallahuanhu, ia berkata: "Ketika kaum muslimin tiba di Madinah, mereka berkumpul untuk shalat dengan cara memperkirakan waktunya, dan tidak ada panggilan untuk pelaksanaan shalat. Suatu hari mereka memperbincangkan masalah tersebut, di antara mereka ada yang mengusulkan lonceng seperti loncengnya Kaum Nasrani dan sebagian lain mengusulkan meniup terompet sebagaimana Kaum Yahudi. Maka Umar pun berkata: "Mengapa tidak kalian suruh seseorang untuk mengumandangkan panggilan shalat?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bersabda: "Wahai Bilal, bangkit dan serukanlah panggilan shalat."
(HR. Bukhari dalam kitab ke-10 Kitab Adzan, Bab ke-1 Bab asal mula adzan)

Adab Buang Air


"Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahuanhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika kalian masuk ke dalam WC, maka janganlah kalian menghadap ke arah kiblat dan jangan pula membelakanginya. Tetapi menghadaplah ke timurnya atau ke baratnya." Abu Ayyub berkata: "Ketika kami datang ke Syam, kami dapati WC rumah-rumah di sana dibangun menghadap kiblat. Maka kami alihkan dan kami memohon ampun kepada Allah."
(HR. Bukhari dalam kitab ke-8 Kitab Shalat, Bab ke-29 Bab kiblat penduduk Madinah, Syam, dan barat atau timur)

Thursday 4 August 2016

Hadist 'Arbain ke-4: "Nasib Manusia Telah Ditetapkan"

Source: www.textgiraffe.com
"Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan: "Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya."

"Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadist 'Arbain ke-2: "Iman, Islam dan Ikhsan"

Source: www.mari-bukamata.blogspot.co.id
"Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata: Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata: “anda benar“.

Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia berkata: “ anda benar“.

Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan“. Lalu beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau”. Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya“. Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya“, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar.

Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya?”. aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian“.
(HR. Muslim)

Hadist 'Arbain ke-3: "Rukun Islam"

Source: www.rukuniman-rukunislam.blogspot.co.id

"Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Khattab radiallahuanhu dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan."
(HR. At-Tirmidzi dan Muslim)

Tuesday 2 August 2016

Manusia Tidak Mampu Memberi Hidayah

Source: www.gudang-ilmu.id

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Terjemahan:
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash: 56)

Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada pamannya: "Ucapkan la ilaha illallah, kelak aku menjadi saksi pada hari kiamat bahwa kau telah beriman." Abu Thalib menjawab: " Sekiranya aku tidak takut wanita-wanita Quraisy akan mencelaku dengan mengatakan bahwa aku beriman karena terpaksa, tentu aku telah mengucapkannya dengan kesaksianmu." Maka turunlah ayat ini yang menegaskan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak dapat memberikan hidayah kepada orang yang dia kehendaki, bahkan orang yang ia kasihi sekalipun. Hanya Allah yang dapat memberi petunjuk sesuai kehendak-Nya (As-Suyuthi, 2002).

(Sumber: Mengerti Asbabun Nuzul, Muhammad Chirzin, dengan beberapa perubahan redaksi)

Larangan Memohon Ampunan Bagi Orang Musyrik

Source: www.prophetpbuh.com

مَا كَانَ لِلنّبِيّ وَالّذِينَ آمَنُوَاْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوَاْ أُوْلِي قُرْبَىَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيّنَ لَهُمْ أَنّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ

Terjemahan:
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.” (QS. At-Taubah: 113)

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Sa'id ibn Al-Musayyab dari ayahnya bahwa ketika Abu Thalib sakit menjelang ajalnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatanginya. Di sana ada Abu Jahal dan Abdullah bin Umayyah. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hai pamanku, ucapkanlah la ilaha illallah agar aku dapat membelamu di hadapan Allah."

Abu Jahal dan Abdullah bin Umayyah berkata: "Hai Abu Thalib, apakah kau benci agama Abdul Muththalib?" mereka terus membujuk Abu Thalib sehingga kalimat terakhir yang diucapkannya menunjukkan bahwa ia tetap mengikuti agama Abdul Muththalib. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku akan memintakan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang." Maka turunlah ayat di atas yang melarang memintakan ampunan untuk orang musrik (As-Suyuthi, 2002).

(Sumber: Mengerti Asbabun Nuzul, Muhammad Chirzin, dengan beberapa perubahan redaksi)

5 Landasan Islam

Source: www.cahayaislam.id

"Dari Ibnu Umar radhiallahuanhu, ia berkata: "Rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam bersabda: "Islam dibangun atas lima (landasan), yaitu: Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusaan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan."
(HR. Bukhari dalam kitab ke-2 Kitab Iman, Bab ke-2 bab Kalian adalah Iman Kalian)

Hadits 'Arbain ke-1: "Ikhlas"

Source: www.wanitasalihah.com
"Dari Amirul Mu'minin, Abi Hafs Umar bin Khattab radhiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)