Bismillah

Bismillah
Awali aktivitas anda di blog ini dengan do'a di atas :)

Tuesday 7 March 2017

Kisah Sahabat Nabi: "Abdullah Bin Jahsy - Menjemput Syahid Lewat Do'a"

Source: www.kisahmuslim.com

Abdullah bin Jahsy al Asadi adalah sepupu sekaligus saudara ipar Rasulullah SAW. Ibunya, Umaimah binti Abdul Muthalib bin Hasyim adalah bibi beliau, dan adiknya, Zainab binti Jahsy RA adalah salah seorang dari Ummahatul Mukminin. Ia termasuk sahabat yang memeluk Islam pada masa awal, yakni sebelum Nabi SAW mengajar di rumah al Arqam bin Abil Arqam (Darul Arqam). Abdullah bin Jahsy pernah hijrah ke Habasyah untuk menghindari siksaan orang-orang kafir Quraisy, tetapi tidak lama kemudian ia kembali ke Makkah, karena tidak sanggup berpisah lama dengan Nabi SAW.

Ketika perintah hijrah ke Madinah datang, Ibnu Jahsy beserta seluruh anggota keluarganya segera menyambutnya. Ia meninggalkan rumah dan segala perlengkapannya begitu saja. Abu Jahal dan Utbah bin Rabiah menyatroni rumahnya dan membuka paksa pintunya, kemudian menjarah isinya layaknya perampok. Mendengar kabar tentang ulah Abu Jahal tersebut, Ibnu Jahsy mengadukan hal tersebut kepada Nabi SAW, dan beliau bersabda:
"Apakah engkau tidak ridha, wahai Abdullah, padahal Allah akan memberikanmu rumah di surga?" "Aku ridha, ya Rasulullah!" Jawab Abdullah, hatinya menjadi tenang dan air mata haru mengalir mendapat penjelasan Nabi SAW tersebut.
Pada bulan Rajab tahun 2 hijriah, Abdullah bin Jahsy memimpin 12 orang sahabat (pada riwayat lain, 8 sahabat) yang diperintahkan Nabi SAW menuju suatu arah, dan diberi suatu surat tertutup, yang baru boleh dibuka setelah dua hari perjalanan. Setelah dua hari, ia membuka surat tersebut, dan isinya adalah perintah Nabi SAW kepada dirinya dan pasukannya untuk menuju ke Nakhlah, tempat antara Makkah dan Thaif, untuk menyelidiki pergerakan dan kafilah dagang orang Quraisy dan melaporkannya kepada Nabi SAW. Sampai di Nakhlah, mereka melihat kafilah dagang kaum kafir Quraisy sebagaimana disebutkan Nabi SAW. Ibnu Jahsy bermusyawarah dengan pasukannya tindakan apa yang harus dilakukan. Saat itu adalah akhir Bulan Rajab, bulan haram yang dilarang berperang di dalamnya. Kalau menunggu malam harinya, dimana sudah masuk Bulan Sya'ban dan diperbolehkan berperang, kafilah itu akan masuk tanah suci (tanah haram), dan haram pula berperang di tempat itu. Setelah melalui berbagai pertimbangan, ia memutuskan untuk menyerang kafilah tersebut. Satu orang Quraisy tewas dan dua orang tertawan, sisanya melarikan diri. Dengan membawa tawanan dan ghanimah, Abdullah bin Jahsy dan pasukannya pulang ke Madinah.

Sampai di Madinah, ternyata Rasulullah SAW tidak sependapat dengan keputusannya tersebut. Beliau bersabda:
“Aku tidak memerintahkan kalian untuk berperang di Bulan Suci (Bulan Haram)…!!”
Beliau menolak untuk menerima tawanan dan ghanimah yang telah dibawanya. Abdullah bin Jahsy dan pasukannya merasa sangat malu pada Nabi SAW, dunia jadi terasa sempit dan menyesakkan dada mereka. Hal inipun dimanfaatkan oleh oleh orang-orang Quraisy untuk melontarkan tuduhan dan fitnah kepada Nabi SAW, bahwa beliau menghalalkan bulan haram, membunuh dan menawan orang dan merampas harta bendanya, sehingga keadaan jadi kemelut yang rumit. Tetapi kemudian Allah SWT menurunkan wahyu, Surah Al Baqarah: 217, yang isinya membenarkan tindakan Abdullah bin Jahsy, yakni mengecualikannya karena sebelumnya kaum kafir Quraisy telah melakukan tindakan yang jauh lebih besar dosanya, yakni mengusir penduduknya (yang muslim) dari Tanah Haram Makkah.

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ ۖ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا ۚ وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ وَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ 

Terjermahan:
"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (Q.S Al-Baqarah:217)

Nabi SAW menjadi gembira dan ridha dengan tindakan Ibnu Jahsy, dan menerima tawanan dan ghanimah yang dibawanya, dan membagikannya kepada yang berhak. Itu adalah tawanan dan ghanimah pertama dalam Islam. Peristiwa tersebut merupakan babak baru yang menunjukkan bagaimana kekuatan orang-orang Islam. Sebaliknya, orang-orang kafir Quraisy mulai dirasuki ketakutan, orang-orang yang dahulu disiksa dan dimusuhinya, bahkan diusir dari tanah kelahirannya, sekarang menjadi batu perintang yang menghalangi jalur perdagangannya ke Syam. Apalagi di bulan Sya'ban itu juga, turun surah Al Baqarah ayat 190-193 yang mewajibkan orang-orang Islam untuk berperang melawan orang-orang yang memerangi dan menghalangi mereka dari jalan kebenaran. 

Dalam perang Uhud, Abdullah bin Jahsy menemui sahabatnya, Sa'ad bin Abi Waqqash dan mengajaknya berdoa bergantian dan saling mengaminkan, karena doa seperti itu akan mudah dikabulkan oleh Allah SWT. Sa'ad setuju dengan usulan sahabatnya tersebut. Merekapun menuju suatu tempat agak menjauh dari yang lain dan mulai berdoa. Sa'ad memperoleh giliran pertama, ia berdoa:
"Ya Allah, saat aku berada di tengah pertempuran esok hari, dengan limpahan Kasih SayangMu, ya Allah, hadapkanlah aku dengan musuh yang kuat dan garang, biarkanlah ia menyerangku sekuat tenaganya, dan aku akan menghadangnya sekuat tenagaku, Setelah itu, ya Allah, ijinkahlah aku memperoleh kemenangan dan membunuhnya karena-Mu, dan biarkanlah aku memperoleh ghanimah atas limpahan karunia-Mu, ya Allah!" "Amin…!" Abdullah bin Jahsy, menutup doa Sa'ad.
Kemudian ganti ia berdoa:
"Ya Allah ya Tuhanku, dalam pertempuran esok hari, hadapkanlah aku dengan musuh yang paling kuat, biarkanlah dia menyerangku dengan kemarahan membara, dan berilah aku keberanian untuk menghadangnya dengan segala kekuatan yang ada padaku. Kemudian, ya Allah, biarkanlah musuhku itu membunuhku, dan biarkanlah musuhku itu memotong hidung dan telingaku. Sehingga pada hari kiamat kelak, saat aku berdiri di hadapan-Mu untuk diadili, Engkau akan bertanya: 'Wahai Abdullah, mengapa hidung dan telingamu terpotong?' Maka aku akan menjawab: 'Hidung dan telinga saya telah terpotong karena berjuang di jalan-Mu dan jalan Rasul-Mu..' Maka Engkau akan berkata: 'Benar, semuanya terpotong karena berjuang di jalan-Ku',…. ya Allah, kabulkanlah doaku ini!!" "Amin…!" Kata Sa'ad, mengaminkan doa yang dipanjatkan Abdullah bin Jahsy, yang tampak aneh dan mengherankan.
Tetapi, itulah wujud kecintaannya kepada Allah dan kerinduannya akan alam akhirat yang kekal abadi. Esok harinya, pertempuran berlangsung sengit, dan doa keduanya dikabulkan oleh Allah. Sa'ad memperoleh kemenangan dan ghanimah yang banyak, sedang Abdullah menemui syahidnya dengan hidung dan telinga terpotong, sehingga untuk menempelkannya diikat dengan benang, tubuhnyapun luka tercincang tak karuan, seperti keadaan jasad pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib Ra. Melihat keadaannya tersebut, Sa'ad berkata:
"Doa Ibnu Jahsy lebih mulia daripada doaku!"

Thursday 2 March 2017

Mengapa Kulit Manusia yang Telah Hangus Terbakar di Neraka Diganti Kembali?

Source: www.ayatilmiah.wordpress.com

Diperkirakan bahwa indra perasa dan rasa sakit tergantung pada otak. Penemuan-penemuan terbaru menemukna bahwa ada reseptor rasa sakit yang terdapat di bawah kulit. Tanpa reseptor ini manusia tidak akan dapat merasakan sakit.

Ketika seorang dokter memeriksa pasiennya yang menderita luka bakar, ia akan mengukur tingkat keparahan luka bakar pasien tersebut dengan tes pinprick. Jika pasien tersebut masih merasakan sakit, tandanya luka bakar yang dideritanya tidak terlalu dalam dan reseptor rasa sakit masih tetap utuh. Namun, jika pasien tidak merasakan sakit maka itu berarti luka yang diderita cukup parah dan reseptor nyeri yang terdapat di bawah kulit telah hancur.

Al-Qur’an ternyata telah memberikan penjelasan adanya reseptor rasa sakit tersebut sejak 14 abad yang lalu melalui ayat berikut:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا

Terjemahan:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S An-Nisa: 56)

Pada ayat tersebut diebutkan bahwa setiap kali kulit hangus terbakar maka akan diganti dengan kulit yang lain. Karena sesuai dengan fakta ilmiah yang telah disebutkan di atas, suatu kulit yang telah terbakar dan mengalami kerusakan reseptor nyeri maka tidak akan dapat merasakan nyeri sama sekali. Sehingga Allah menciptakan hal tersebut sebagai bentuk azab yang akan dirasakan terus-menerus oleh orang-orang kafir selama mereka berada di neraka. 

Source: www.slideshare.net

Prof. Tejatat Tejasen, Ketua Departemen Anatomi di Universitas Chiang Mai Thailand telah menghabiskan banyak waktu untuk meneliti masalah reseptor rasa sakit ini. Awalnya ia tidak percaya bahwa Al-Qur’an telah menyebutkan hal yang merupakan fakta ilmiah ini sejak 1.400 tahun silam. Karena terkesan dengan keilmiahan Al-Qur’an tersebut, maka pada Konferensi Kedokteran yang diadakan di Riyadh, Arab Saudi beliau dengan mantap mengucapkan kalimat syahadat di depan umum dan memutuskan untuk menjadi seorang Muslim. Masya Allah.

Sumber: Miracles of Al-Qur'an & As-Sunnah, Zakir Naik. Dengan beberapa perubahan redaksi)

Tuesday 28 February 2017

Bolehnya Menerima Pemberian

Source: www.si-cadel.com
Dari Umar radhiallahu’anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberiku suatu pemberian lalu aku berkata kepada beliau: ”Berikanlah kepada orang yang lebih fakir dariku.” Maka berliau bersabda: “Ambillah. Jika telah datang kepadamu sebagian dari harta ini sedangkan kamu bukan orang yang akan menghambur-hamburkannya dan tidak pula meminta-mintanya, maka ambillah. Selain dari itu maka janganlah kamu menuruti hawa nafsumu.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab ke-24 Kitab Zakat)

Tercelanya Sikap Meminta-Minta Dalam Islam

Source: www.muhammadhaidir.wordpress.com
Hadits 1:
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Senantiasa ada seorang yang suka meminta-minta kepada orang lain hingga pada hari kiamat dia datang dalam keadaan wajahnya terpotong (bagian) dagingnya.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab ke-34 Kitab Az-Zakat) 

Keterangan hadits:
Dikhususkan disebutkan bagian wajah saja, untuk menyamakan dengan hukuman badan yang dijatuhkan karena melakukan perbuatan kriminal, sebab menyiksa wajah adalah perbuatan yang paling hina.

Hadits 2:
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh, seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta kepada orang lain, baik orang lain itu memberinya atau menolaknya.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab ke-34 Kitab Az-Zakat)

Monday 27 February 2017

Keutamaan Memberi Penangguhan Pembayaran Hutang

Source: www.blogkhususdoa.com

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Ada seorang pedagang yang memberi pinjaman kepada manusia sehingga jika ia melihat mereka dalam kesulitan ia berkata kepada para pembantunya: “Berilah ia tempo hingga mendapatkan kemudahan, semoga Allah memudahkan urusan kita.” Maka kemudian Allah memudahkan urusan pedagang tersebut.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab ke-34 Kitab Jual Beli)

Haramnya Mengulur Waktu untuk Melunasi Hutang

Source: www.arlikurnia.com



Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Menunda membayar utang bagi orang kaya adalah kezaliman dan apabila seorang dari kalian utangnya dialihkan kepada orang kaya, hendaklah dia ikuti.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab ke-38 Kitab Pengalihan Utang)

Sunday 26 February 2017

Keutamaan Ucapan Insya Allah


Source: www.elghibran.wordpress.com

Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, ia berkata: "Sulaiman bin Dawud 'alaihissalam berkata: "Pada malam ini, aku benar-benar akan menggilir seratus orang istri, sehingga setiap wanita akan melahirkan seorang anak yang berjihad di jalan Allah." Lalu Malaikat pun berkata kepadanya: "Katakanlah Insya Allah." Namun ternyata ia tidak mengatakannya dan lupa. Kemudian ia pun menggilir pada malam itu, namun tak seorangpun dari mereka yang melahirkan, kecuali seorang wanita yang berbentuk setengah manusia. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sekiranya ia mengatakan "Insya Allah" niscaya ia tidak akan membatalkan sumpahnya, dan juga hajatnya akan terkabulkan."
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab ke-67 Kitab Nikah)

Larangan Bersumpah Dengan Nama Selain Allah

Source: www.republika.co.id

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhu bahwa ia pernah mendapati Umar ketika di atas tunggangannya bersumpah dengan nenek moyangnya, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyeru kepada orang-orang: "Sesungguhnya Allah melarang kalian bersumpah dengan bapak-bapak kalian, barangsiapa besumpah hendaknya ia bersumpah dengan nama Allah atau kalau tidak, lebih baik ia diam."
(Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab ke-74 Kitab Sumpah, Bab ke-4 Bab Jangan bersumpah dengan nama bapak-bapak kalian)

Saturday 25 February 2017

Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Berwajah Masam

Source: www.bbg-alilmu.com

عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ (1) أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ (2) وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ (3) أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَىٰ (4) أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَىٰ (5)
فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّىٰ (6) وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ (7) وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَىٰ (8) وَهُوَ يَخْشَىٰ (9) فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّىٰ (10) كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ (11)11)

Terjemahan:
"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, (Q.S ‘Abasa: 1-11)

At Tirmidzi dan Al Hakim meriwaytakan dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha bahwa ayat-ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah ibn Ummi Maktum, seorang buta yang dating kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata: “Berilah aku petunjuk wahai Rasulullah.” Pada waktu itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang menghadapai para pembesar musyrikin Quraisy. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berharap mereka mau masuk Islam. Beliau berpaling dari Ibn Ummi Maktum dan tetap menghadapi para pembesar Quraisy. Ibn Ummi Maktum kembali berkata : "Apakah yang kukatakan ini mengganggumu wahai Rasul?" Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Tidak". Tidak lama berselang, turunlah ayat-ayat tersebut menegur sikap dan perilaku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (As-Suyuthi, 2002).

Pelajaran yang dapat kita ambil dari peristiwa ini adalah bahwa manfaat dan petunjuk rohani tidak dapat diukur dari kedudukan seseorang. Orang miskin,, orang buta, pincanng, atau cacat , mungkin lebihh mudah menerima ajaran Allah daripada orang yang tampak sangat berbakat tetapi sombong dan merasa diri berkecukupan. Seseungguhnya wahyu Allah diturunkan kepada semua umat manusia tanpa memedulikan kedudukan sosial mereka (Ali, 1993).

Sumber: Mengerti Asbabun Nuzul, Muhammad Chirzin, dengan beberapa perubahan redaksi)

Hadits 'Arbain ke-26: "Perbuatan Baik Adalah Sedekah"

Source: www.yusufmansur.com 
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلُّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ وَ تُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ
[رواه البخاري ومسلم]

Terjemahan Hadits:
"Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Setiap anggota tubuh manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraanya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah."
(Riwayat Bukhari dan Muslim)

*Catatan hadits:
1.Bersyukur kepada Allah ta’ala setiap hari atas kesehatan anggota badan.
2.Allah telah menjadikan -sebagai rasa syukur terhadap ni’mat-Nya- setiap anggota badan untuk menolong hamba-hamba Allah ta’ala, bersedekah kepada mereka dengan menggunakannya sesuai kemaslahatannya.
3.Temasuk sedekah adalah: Menahan tangan dan lisan untuk tidak menyakiti orang lain, justru seharusnya digunakan untuk menunaikan hak-hak setiap muslim.
4.Jasad harus dikeluarkan zakatnya sebagaimana harta ada zakatnya. Zakat badan adalah melakukan perbuatan baik, bersedekah dan pintu-pintunya banyak.
5.Anjuran untuk mendamaikan kedua belah fihak, tolong menolong, mengucapkan kalimat yang baik, berjalan menuju shalat dan menyingkirkan penghalang dari shalat.
6.Anjuran untuk membersihkan sarana-sarana umum.
7.Anjuran untuk melakukan keadilan, karena dengan keadilanlah ditegakkan langit dan bumi.

Privacy Policy

Privacy Policy for All About Islam

If you require any more information or have any questions about our privacy policy, please feel free to contact us by email at www.allaboutislam17.blogspot.co.id.
At www.allaboutislam17.blogspot.co.id we consider the privacy of our visitors to be extremely important. This privacy policy document describes in detail the types of personal information is collected and recorded by www.allaboutislam17.blogspot.co.id and how we use it.
Log Files
Like many other Web sites, www.allaboutislam17.blogspot.co.id makes use of log files. These files merely logs visitors to the site - usually a standard procedure for hosting companies and a part of hosting services's analytics. The information inside the log files includes internet protocol (IP) addresses, browser type, Internet Service Provider (ISP), date/time stamp, referring/exit pages, and possibly the number of clicks. This information is used to analyze trends, administer the site, track user's movement around the site, and gather demographic information. IP addresses, and other such information are not linked to any information that is personally identifiable.
Cookies and Web Beacons
www.allaboutislam17.blogspot.co.id uses cookies to store information about visitors' preferences, to record user-specific information on which pages the site visitor accesses or visits, and to personalize or customize our web page content based upon visitors' browser type or other information that the visitor sends via their browser.
DoubleClick DART Cookie
→ Google, as a third party vendor, uses cookies to serve ads on www.allaboutislam17.blogspot.co.id.
→ Google's use of the DART cookie enables it to serve ads to our site's visitors based upon their visit to www.allaboutislam17.blogspot.co.id and other sites on the Internet.
→ Users may opt out of the use of the DART cookie by visiting the Google ad and content network privacy policy at the following URL - http://www.google.com/privacy_ads.html
Our Advertising Partners
Some of our advertising partners may use cookies and web beacons on our site. Our advertising partners include .......
  • Google
While each of these advertising partners has their own Privacy Policy for their site, an updated and hyperlinked resource is maintained here: Privacy Policies.
You may consult this listing to find the privacy policy for each of the advertising partners of www.allaboutislam17.blogspot.co.id.

These third-party ad servers or ad networks use technology in their respective advertisements and links that appear on www.allaboutislam17.blogspot.co.id and which are sent directly to your browser. They automatically receive your IP address when this occurs. Other technologies (such as cookies, JavaScript, or Web Beacons) may also be used by our site's third-party ad networks to measure the effectiveness of their advertising campaigns and/or to personalize the advertising content that you see on the site.
www.allaboutislam17.blogspot.co.id has no access to or control over these cookies that are used by third-party advertisers.

Third Party Privacy Policies
You should consult the respective privacy policies of these third-party ad servers for more detailed information on their practices as well as for instructions about how to opt-out of certain practices. www.allaboutislam17.blogspot.co.id's privacy policy does not apply to, and we cannot control the activities of, such other advertisers or web sites. You may find a comprehensive listing of these privacy policies and their links here: Privacy Policy Links.
If you wish to disable cookies, you may do so through your individual browser options. More detailed information about cookie management with specific web browsers can be found at the browsers' respective websites. What Are Cookies?
Children's Information
We believe it is important to provide added protection for children online. We encourage parents and guardians to spend time online with their children to observe, participate in and/or monitor and guide their online activity. www.allaboutislam17.blogspot.co.id does not knowingly collect any personally identifiable information from children under the age of 13. If a parent or guardian believes that www.allaboutislam17.blogspot.co.id has in its database the personally-identifiable information of a child under the age of 13, please contact us immediately (using the contact in the first paragraph) and we will use our best efforts to promptly remove such information from our records.
Online Privacy Policy Only
This privacy policy applies only to our online activities and is valid for visitors to our website and regarding information shared and/or collected there. This policy does not apply to any information collected offline or via channels other than this website.
Consent
By using our website, you hereby consent to our privacy policy and agree to its terms.


Update
This Privacy Policy was last updated on: Tuesday, February 21st, 2017. Privacy Policy Online Approved Site
Should we update, amend or make any changes to our privacy policy, those changes will be posted here.

Friday 24 February 2017

Hadits 'Arbain ke-25: "Shadaqah"

Source: www.saungkertas.com

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ نَاساً مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ، وَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِهِمْ, قَالَ : أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا يَتَصَدَّقُوْنَ : إِنَّ لَكُمْ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٍ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةً وَنَهْيٍ عَن مُنْكَرٍ صَدَقَةً وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً, قَالُوا : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ ؟ قَالَ : أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ. 
[رواه مسلم]


Terjemahan Hadits:
"Dari Abu Dzar radhiallahuanhu: "Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya)."

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah? Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah."

Mereka bertanya: "Ya Rasulullah, masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang menyalurkan syahwatnya?, beliau bersabda: "Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya dosa?, demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala."
(Riwayat Muslim)

Catatan:
1.Sikap bijak dalam menanggapi berbagai kondisi serta mendatangkan kabar gembira bagi jiwa serta menenangkan perasaan.
2.Para shahabat berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan.
3.Luasnya keutamaan Allah ta’ala serta banyaknya pintu-pintu kebaikan yang dibuka bagi hamba-Nya.
4.Semua bentuk zikir sesungguhnya merupakan shodaqoh yang dikeluarkan seseorang untuk dirinya.
5.Kebiasaan-kebiasaan mubah dan penyaluran syahwat yang disyariatkan dapat menjadi ketaatan dan ibadah jika diiringi dengan niat shaleh.
6.Anjuran untuk meminta sesuatu yang dapat bermanfaat bagi seorang muslim dan yang dapat meningkatkan dirinya ke derajat yang lebih sempurna.
7.Didalam hadits ini terdapat keutamaan orang kaya yang bersyukur dan orang fakir yang bersabar.

Semua Makhluk Hidup Berasal Dari Air

Source: www.apparentlifestyle.com


أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

Terjemahan:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Q.S Al-Anbiya: 30) 

Setelah kemajuan ilmu sains di era modern ini, kita baru mengetahui bahwa sitoplasma substansi dasar sebuah sel) 80% tersusun dari air. Penelitian modern juga mengungkapkan bahwa kebanyakan organisme, 50-90% tubuhnya terdiri dari air dan setiap makhlluk yang hidup pasti membutuhkan air. Apakah mungkin 14 abad yang lalu manusia mengetahui bahwa setiap makhluk hidup terbuat dari air? Dan apakah hal itu dapat dibayangkan oleh manusia yang hidup di padang pasir Arab di mana selalu dilanda kelangkaan air? Sungguh hal itu tidak lain menunjukkan bahwa Al-Qur’an hanya berasal dari Allah subhanahu wa ta'ala. Masya Allah. 

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا ۗ وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا

Terjemahan:
“Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.” (Q.S Al-Furqon: 54)
Source: http://dieticle.com
Tidak hanya terbatas pada manusia, Allah juga menunjukkan bahwa hewan juga diciptakan dari air melalui ayat berikut:

وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَىٰ أَرْبَعٍ ۚ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Terjemahan:
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S An-Nur: 45) 

Sumber: Miracles of Al-Qur'an & As-Sunnah, Zakir Naik. Dengan beberapa perubahan redaksi)

Hadits 'Arbain ke-24: "Larangan Berbuat Zhalim"

Source: www.socialmediafeed.me
 عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ. يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي. يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً. يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً. يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ . يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ .
[رواه مسلم]


Terjemahan:
"Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman: "Wahai hamba-Ku, sesungguhya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim."

"Wahai hamba-Ku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah."

"Wahai hambak-Ku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang Aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan."

"Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang Aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian."

"Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni."

"Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun."

"Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga."

"Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan."

"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya."
(Riwayat Muslim)

Thursday 23 February 2017

Hadits 'Arbain ke-23: "Suci Adalah Bagian Dari Iman"

Source: www.goodhousekeeping.com

عَنْ أَبِيْ مَالِكْ الْحَارِثِي ابْنِ عَاصِمْ اْلأَشْعَرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ – أَوْ تَمْلآنِ – مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ . كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَباَئِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا
[رواه مسلم]

Terjemahan Hadits:
"Dari Abu Malik Al Haritsy bin ‘Ashim Al ‘Asy’ary radhiallahuanhu dia berkata: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Bersuci adalah bagian dari iman, 'Alhamdulillah' dapat memenuhi timbangan, 'Subhanallah' dan 'Alhamdulillah' dapat memenuhi antara langit dan bumi, Sholat adalah cahaya, shadaqah adalah bukti, Al Quran dapat menjadi saksi yang meringankanmu atau yang memberatkanmu. Semua manusia berangkat menjual dirinya, ada yang membebaskan dirinya (dari kehinaan dan azab) ada juga yang menghancurkan dirinya".
(Riwayat Muslim)

*Catatan hadits:
1.Iman merupakan ucapan dan perbuatan, bertambah dengan amal shalih dan keta’atan dan berkurang dengan maksiat dan dosa.
2.Amal perbuatan akan ditimbang pada hari kiamat dan dia memiliki beratnya.
3.Bersuci merupakan syarat sahnya ibadah, karena itu harus diperhatikan.
4.Menjaga shalat akan mendatangkan petunjuk dan memperbaiki kondisi seorang muslim terhadap manusia, membedakannya dengan akhlaknya dan perilakunya, kewara’annya dan ketakwaannya. 5.Seruan untuk berinfaq pada jalan-jalan kebaikan dan bersegera melakukannya dimana hal tersebut merupakan pertanda benarnya keimanan.
6.Anjuran untuk bersabar tatkala mengalami musibah, khususnya apa yang dialami seorang muslim karena perbuatan amar ma’ruf nahi munkar.
7.Semangat membaca Al Quran dengan pemahaman dan mentadabburi (merenungkan) maknanya, mengamalkan kandungan-kandungannya karena hal tersebut dapat memberi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat.
8.Seorang muslim harus menggunakan waktunya dan umurnya dalam keta’atan kepada Allah ta’ala serta tidak mengabaikannya karena kesibukan lainnya.

Hadits 'Arbain ke-22: "Melaksanakan Syariat Islam"

Source: www.madina.or.id 

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ جَابِرْ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ اْلمَكْتُوْبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ، وَحَرَّمْت الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْئاً، أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟ قَالَ : نَعَمْ
[رواه مسلم]

Terjemahan Hadits:
"Dari Abu Abdullah, Jabir bin Abdullah Al Anshary radhiallahuanhuma: "Seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, seraya berkata: "Bagaimana pendapatmu jika saya melaksanakan shalat yang wajib, berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram dan saya tidak tambah sedikitpun, apakah saya akan masuk surga?". Beliau bersabda: "Ya".
(Riwayat Muslim)

Catatan:
1.Setiap muslim dituntut untuk bertanya kepada ulama tentang syariat Islam, tentang kewajibannya dan apa yang dihalalkan dan diharamkan baginya jika hal tersebut tidak diketahuinya.
2.Penghalalan dan pengharaman merupakan aturan syariat, tidak ada yang berhak menentukannya kecuali Allah ta’ala.
3.Amal shaleh merupakan sebab masuknya seseorang kedalam surga.
4.Keinginan dan perhatian yang besar dari para shahabat serta kerinduan mereka terhadap surga serta upaya mereka dalam mencari jalan untuk sampai ke sana.

Kegelapan Di Laut Dalam

Source: www.blogs.oregonstate.edu

Prof. Durga Rao, merupakan seorang ahli geologi kelautan dan professor di Universitas King Abdul Aziz di Jeddah. dia diminta berkomentar tentang ayat ini:

أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ

Terjemahan:
“Atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, yang di atasnya ada (lagi) awan gelap; itulah gelap gulita yang berlapis-lapis, apabila dia mengeluarkan tangannya. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak dapat melihatnya. (dan) Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikitpun.” (Q.S An-Nur: 40)

Profesor Rao mengatakan bahwa para ilmuwan sepakat dengan hal ini. Tentunya dengan bantuan peralatan yang modern untuk menyelidiki kegelapan di kedalaman laut. Manusia tidak mampu menyelam tanpa alat bantu lebih dari 20-30 meter, manusia pun tidak dapat bertahan hidup pada kedalaman lebih dari 200 meter. Ayat ini tidak dapat merujuk kepada semua lautan yang ada karena tidak setiap laut dapat digambarkan memiliki akumulasi kegelapan yang berlapis antara satu lapis dengan lapis atasnya. Ia merujuk terutama pada dalamnya lautan atau samudera, seperti yang dikatakan Al-Qur’an, ”kegelapan di lautan yang luas dan dalam”.

Kegelapan berlapis di laut dalam ini terjadi karena dua penyebab:
1. Sinar cahaya terdiri dari tujuh warna. Warna ini adalah ungu, nila, biru, hijau, kuning, oranye, dan merah. Sinar cahaya akan mengalami pembiasan ketika menabrak air. Di kedalaman 10-15 meter air menyerap warna merah. Oleh karena itu, jika seseorang menyelam di kedalaman 25 meter dan mendapat luka, ia tidak dapat melihat warna merah darahnya karena warna merah tidak bisa mencapai kedalaman ini. 

Demikian pula warna oranye yang diserap pada kedalaman 30-50 meter, kuning pada 50-100 meter, hijau pada 100-200 meter, biru pada kedalaman 200 meter, dan violet serta nila pada kedalaman lebih dari 200 meter. Warna akan hilang secara berturut-turut, satu lapis disusul lapisan yang lain. Maka, semakin dalam laut maka akan smakin gelap. Kegelapan yang sempurna dapat ditemukan pada kedalaman lebih dari 1.000 meter.

2. Sinar matahari diserap oleh awan, yang pada akhirnya menimbullkan lapisan kegelapan di bawah awan. Ini adalah lapisan pertama dari kegelapan. Ketika sinar mencapai permukaan laut maka akan terpantul dari permukaan gelombang dan memberikan efek tampilan mengkilap. Gelombang inilah yang memantulkan cahaya dan menyebabkan kegelapan.

Cahaya tidak dapat menembus kedalaman laut, karena laut memiliki dua bagian. Bagian permukaan yang ditandai dengan cahaya dan suhu hangat serta bagian dalam laut yang ditandai dengan kegelapan. Bagian permukaan dan bagian dalam dipisahkan oleh gelombang. Gelombang laut menutupi air dasar laut dan samudera. Sebab, air dasar laut memiliki kerapatan yang lebih tinggi daripada air di atasnya. Kegelapan mulai terlihat di bawah gelombang laut. Bahkan, ikan yang berada di laut yang dalam tidak bisa melihat. Satu-satunya sumber cahaya adalah berasal dari tubuh mereka sendiri.

Source: www.untamedscience.com

Al-Qur’an menerangkan hal ini dalam ayatnya
“…di atasnya ada (lagi) awan gelap; itulah gelap gulita yang berlapis-lapis,”

Maksudnya awan disini adalah yang berfungsi sebagai penghalang atas satu dengan yang lain kemudian menyebabkan kegelapan. Ini terjadi karena penyerapan warna yang terjadi pada masing-masing tingkat kedalaman.

Prof. Durga Rao menyimpulkan dengan mengatakan: “1.400 tahun yang lalu, manusia normal tidak akan mampu menjelaskan fenomena ini begitu rinci. Dengan demikian informasi ini pasti berasal dari sumber diluar batas kemampuan manusia (supranatural).” Maya Allah.

Sumber: Miracles of Al-Qur'an & As-Sunnah, Zakir Naik. Dengan beberapa perubahan redaksi)

Wednesday 22 February 2017

Hadits 'Arbain ke-21: "Istiqomah"

Source: www.tongkronganislami.net

 عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
[رواه مسلم]

Terjemahan:
"Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Suufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata: "Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: "Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah".
(Riwayat Muslim)

Catatan:
1.Iman kepada Allah ta’ala harus mendahului ketaatan.
2.Amal shaleh dapat menjaga keimanan
3.Iman dan amal saleh keduanya harus dilaksanakan.
4.Istiqomah merupakan derajat yang tinggi.
5.Keinginan yang kuat dari para shahabat dalam menjaga agamanya dan merawat keimanannya. 6.Perintah untuk istiqomah dalam tauhid dan ikhlas beribadah hanya kepada Allah semata hingga mati.

Jangan Mengharamkan yang Halal

Source: www.guidedislam.com

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ ۖ تَبْتَغِي مَرْضَاتَ أَزْوَاجِكَ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (1) قَدْ فَرَضَ اللَّهُ لَكُمْ تَحِلَّةَ أَيْمَانِكُمْ ۚ وَاللَّهُ مَوْلَاكُمْ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (2)2


Terjemahan:
“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan yang di halalkan oleh Allah bagimu? Apakah kamu hendak menyenagkan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu, hai manusai, melepskan sumpahmu dalam beberapa hal; dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S At-Tahrim: 1-2)


At-Thabrani meriwayatkan dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam minum madu di rumah Saudah radhiallahu ‘anha (salah seorang istri beliau), kemudian pergi ke rumah ‘Aisyah radhiallahu ‘anha yang berkata kepada beliau, “Aku mencium bau yang tak sedap.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian pergi ke rumah Hafshah radhiallahu ‘anha, dan ia pun berkata hal yang sama seperti yang dikatakan ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangkali bau itu berasal dari minuman yang kuminum di rumah Saudah. Demi Allah, aku tidak akan meminumnya lagi.” Maka, turunlah ayat ini menegur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah mengharamkan apa yang halal baginya.

Sementara itu Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’I, Abu Daud dan yang lainnya meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa biasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengunjungi istri-istri beliau itu selepas shalat Ashar. Pada suatu ketika, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggal lebih lama di kediaman Zainab bint Jahsy, karena Zainab radhiallahu ‘anha menghidangkan madu yang baru diperolehnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memang sangat menyukai madu. “Aku cemburu karenanya,” kata ‘Aisyah. “Kemudian aku, Hafshah, Saudah dan Shafiyah sepakat bahwa bila Nabi mengunjungi kami maka masing-masing kami akan mengatakan kepadanya bahwa mulutnya mengeluarkan bau tak sedap akibat makan makanan tertentu. Sebab, kami tahu beliau sangat peka terhadap bau-bauan yang tidak sedap.” Maka, ketika istri-istri beliau mengatakan bahwa mulut beliau mengeluarkan bau tidak sedap, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersumpah tidak akan lagi menyantap madu. Dan ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa itu.

Penting untuk diingat, teguran yang disampaikan Allah kepada Nabi-Nya itu menegaskan kenyataan bahwa para Nabi selalu berada dalam lindungan Allah. Ketika melakukuan menyimpangan sekecil apapun, mereka akan mendapat teguran langsung dari Allah. Dan perlu juga diingat, keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah seperti keluarga-keluarga lain. Para Ummul Mu’minin (istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) diharapkan menjadi teladan dalam perilaku dan tidak banyak bicara dibanding dengan para wanita biasa, karena mereka harus menjalankan peran dan tugas yang sangat penting. Tetapi terlepas dari itu semua, mereka juga juga adalah manusia biasa yang tak lepas dari kelemahan, dan terkadang juga mereka tak berdaya (Ali, 1993)

(Sumber: Mengerti Asbabun Nuzul, Muhammad Chirzin, dengan beberapa perubahan redaksi)


Gunung, Pasak Penjaga Stabilitas Bumi

Source: www.nationmultimedia.com

Dalam ilmu geologi, fenomena “lipatan” adalah sebuah fakta ilmiah yang belum lama ditemukan. Lipatan yang terjadi mengakibatkan terbentuknya pegunungan. Bumi tersusun atas beberapa lapisan. Bagian permukaan tempat kita hidup saat ini disebut kerak bumi, tersusun ibarat sebuah kulit yang padat. Sedangkan pada bagian dasarnya berupa cairan yang panas sehingga tidak memungkinkan terdapat kehidupan.

Diketahui juga bahwa stabilitas pegunnungan terkait dengan fenomena lipatan. Ahli geologi menyebutkan bahwa jari-jari Bumi sekitatr 3.750 mil dan lapisan kerak bumi tempat kita berpijak sangatlah tipis, hanya berkisar 1-30 mil. Karena tipisnya lapisan kerak tempat kita berpijak, maka kemungkinan untuk mengalami getaran sangat tinggi. Disinilah peran pegunungan sebagai pasak bagi kerak Bumi sehingga memberikan stabilitas bagi daratan tempat kita hidup.

Al-Qur’an dengan sempurna mendeskripsikan fenomena ini dalam ayat berikut:

(أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا(6) وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا(7

Terjemahan:
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak. (Q.S An-Naba: 6-7)


Kata ‘awtad’ berarti pancang atau pasak (seperti yang biasa digunakan untuk mendirikan tenda), yang merupakan bagian dari sebuah lipatan. Frank Press melalui bukunya yang berjudul “Earth”, sebuah buku yang menjadi referensi dari displin ilmu geologi pada banyak universitas di dunia, menggambarkan gunung berbentuk seperti pasak. Dimana permukaan gunung yang sering kita lihat hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan gunung itu sendiri. Pada bagian bawah permukaan tanah, gunung tampak seperti akar yang menghujam sangat kuat. Press mengatakan bahwa pegunungan memainkan peran penting dalam menstabilkan kerak Bumi. Namun, sekali lagi Al-Qur’an telah lebih dahulu menyebutkan hal ini berabad-abad yang lalu melalui ayat berikut:

وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ

Terjemahan:
Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” (Q.S Al-Anbiya: 31)

Masya Allah, segala puji bagi Allah atas segala keluasan ilmu-Nya.

Sumber: Miracles of Al-Qur'an & As-Sunnah, Zakir Naik. Dengan beberapa perubahan redaksi)

Hadits 'Arbain ke-20: "Milikilah Sifat Malu"

source: onedio.co

عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ
 قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
[رواه البخاري ]

Terjemahan:
'Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry radhiallahuanhu dia berkata: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan Nabi-nabi terdahulu adalah: "Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka."(Riwayat Bukhari)

Catatan Hadits:
1.Malu merupakan tema yang telah disepakati oleh para Nabi dan tidak terhapus ajarannya.
2.Jika seseorang telah meninggalkan rasa malu, maka jangan harap lagi (kebaikan) darinya sedikitpun.
3.Malu merupakan landasan akhlak mulia dan selalu bermuara kepada kebaikan.
4.Siapa yang banyak malunya lebih banyak kebaikannya, dan siapa yang sedikit rasa malunya semakin sedikit kebaikannya.
5.Rasa malu merupakan prilaku dan dapat dibentuk. Maka setiap orang yang memiliki tanggung jawab hendaknya memperhatikan bimbingan terhadap mereka yang menjadi tanggung jawabnya. 6.Tidak ada rasa malu dalam mengajarkan hukum-hukum agama serta menuntut ilmu dan kebenaran. Allah ta’ala berfirman: “Dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar...“ (Q.S Al-Ahzab: 53). Diantara manfaat rasa malu adalah ‘Iffah (menjaga diri dari perbuatan tercela) dan Wafa’ (menepati janji)
7.Rasa malu merupakan cabang iman yang wajib diwujudkan.

Tuesday 21 February 2017

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Ditinggal Pergi Ketika Berkhutbah

وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا ۚ قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ ۚ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Terjemahan:
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki.” (Q.S Al-Jumu’ah: 11)

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Jabir bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah pada hari Jum’at, sebuah kafilah dagang dari Syam tiba. Orang-orang keluar menjemput rombongan dagang kafilah itu sehingga yang tinggal di dalam masjid hanya dua belas orang. Maka turnnlah ayat tersebut yang menegaskan bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada perniagaan. (As-Suyuthi, 2002)

(Sumber: Mengerti Asbabun Nuzul, Muhammad Chirzin, dengan beberapa perubahan redaksi)

Sinar Bulan Merupakan Pantulan Cahaya Matahari



Peradaban dahulu meyakini bahwa bulan memancarkan cahayanya sendiri. Namun, seiring dengan perkembagnan ilmu penegtahuan, diketahui bahwa cahaya bulan merupakan pantulan cahaya. Tahukah anda, bahwa fakta ini telah disebutkann dalam Al-Qur’an 1.400 tahun silam dalam ayat berikut:

تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا

Terjemahan:
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya”. (Q.S Al Furqon: 61)

Kata untuk menunjuk matahari dalam bahasa Arab (Al-Qur’an) adalah syams. Kata ini bererti ‘siraj’ yang bermakna obor; ‘wahhaj’ yang bermakna lampu menyala; atau ‘diya’ yang bermakna sinar kemuliaan. Tiga deskripsi ini tepat untuk menyebut matahari karena ia menghasilkan panas dan cahaya oleh pembakaran internal.

Sedangkan kata bulan dalam bahasa Arab yang digunkan dalam Al-Qur’an adalah qamar. Kata ini dijelaskan Al-Qur’an sebagai ‘muniir’ yang berati tubuh yang memberikan cahaya. Deskripisi ini sempurna dan cocok dengan sifat sebenarnya bulan yang tidak mengeluarkan cahayanya sendiri dan tubuhnya sebagai materi pemantul cahaya matahari. Al-Qur’an tidak pernah menyebut bulan sebagai ‘siraj’, ‘wahhaj’ atau ‘diya’. Begitu pula sebaliknya, Al-Qur’an tidak pernah menyebut matahari sebagai ‘nuur’ atau ‘muniir’. Hal ini menandakan bahwa Al-Qur’an mengakui perbedaan sifat antara sinar matahari dan cahaya bulan.

وَجَعَلَ الْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا

Terjemahan:
"Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?” (Q.S Nuh: 16)

Sumber: Miracles of Al-Qur'an & As-Sunnah, Zakir Naik. Dengan beberapa perubahan redaksi)

Hadits 'Arbain ke-19: "Mintalah Pertolongan Kepada Allah"

عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُف
رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح وفي رواية غير]
 الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً

Terjemahan:
"Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata: "Suatu saat saya berada dibelakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: "Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: "Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu, niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering." 

(Riwayat Tirmidzi dan dia berkata: Haditsnya hasan shahih. Dalam sebuah riwayat selain Tirmidzi dikatakan: "Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya didepanmu. Kenalilah Allah di waktu senggang niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidaklah akan menimpamu dan apa yang ditetapkan akan menimpamu tidak akan luput darimu, ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran dan kemudahan bersama kesulitan dan kesulitan bersama kemudahan"). 

Catatan:
1.Perhatian Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam mengarahkan umatnya serta menyiapkan generasi mu’min idaman.
2.Termasuk adab pengajaran adalah menarik perhatian pelajar agar timbul keinginannya terhadap pengetahuan sehingga hal tersebut lebih terkesan dalam dirinya.
3.Siapa yang konsekwen melaksanakan perintah-perintah Allah, nicsaya Allah akan menjaganya di dunia dan akhirat.
4.Beramal shaleh serta melaksanakan perintah Allah dapat menolak bencana dan mengeluarkan seseorang dari kesulitan.
5.Tidak mengarahkan permintaan apapun (yang tidak dapat dilakukan makhluk) selain kepada Allah semata.
6.Manusia tidak akan mengalami musibah kecuali berdasarkan ketetapan Allah ta’ala. 
7.Menghormati waktu dan menggunakannya kepada sesuatu yang bermanfaat sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanfaatkan waktunya saat beliau berkendaraan.

Monday 20 February 2017

Pezina Hanya Layak untuk Pezina atau Musyrik

الزَّانِي لَا يَنْكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنْكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ ۚ وَحُرِّمَ ذَٰلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ

Terjemahan:
“Laki-laki yang pezina tidak boleh menikah kecuali dengan perempuan pezina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan pezina tidak boleh menikah kecuali dengan laki-laki yang pezina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang beriman.” (Q.S An-Nur: 3)

Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, meriwayatkan dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya, dari kakeknya, bahwa Mazid biasa membawa barang dagangan ke Makkah. Di sana ia bertemu kawannya, seorang wanita bernama Anaq (yang dikenal sebagai pezina). Ia meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menikahinya. Beliau tidak menjawabnya sehingga Allah menurunkan ayat ini. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hai, Mazid! Pezina tidak akan menikah kecuali dengan pezina. Karena itu, janganlah kau menikah dengannya.” (As-Suyuthi, 2002)

Islam menghalalkan hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan yang dilakukan di dalam ikatan pernikahan. Sama halnya, orang yang putus dari pernikahan, baik karena perceraian maupun karena kematian, harus menjaga kehormatan dirinya dengan tidak melakukan zina. Orang yang melakukan zina berarti telah mengkhianati ikatan perkawinan dan tidak tergolong manusia terhormat. (Ali, 1993)

(Sumber: Mengerti Asbabun Nuzul, Muhammad Chirzin, dengan beberapa perubahan redaksi)

Hadits 'Arbain ke-18: "Kebaikan Menghapus Kesalahan"

 عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ 
[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح] 

Terjemahan:
"Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda: "Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik“.
(Riwayat Tirmidzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih)

*Catatan hadits:
1.Takwa kepada Allah merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal shalih.
2.Bersegera melakukan ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan menghapus keburukan.
3.Bersungguh-sungguh menghias diri dengan akhlak mulia.
4.Menjaga pergaulan yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat. Hal tersebut dapat menghilangkan dampak negatif pergaulan.

Hadits 'Arbain ke-15: "Berkata yang Baik Atau Diam"

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
[رواه البخاري ومسلم]


Terjemahan:
"Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya."
(Riwayat Bukhari dan Muslim)

*Catatan hadits:
1.Iman terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari.
2.Menyerukan kepada sesuatu yang dapat menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dikalangan individu masyarakat muslim.
3.Termasuk kesempurnaan iman adalah perkataan yang baik dan diam dari selainnya.
4.Berlebih-lebihan dalam pembicaraan dapat menyebabkan kehancuran, sedangkan menjaga pembicaraan merupakan jalan keselamatan.
5.Islam sangat menjaga agar seorang muslim berbicara apa yang bermanfaat dan mencegah perkataan yang diharamkan dalam setiap kondisi.
6.Tidak memperbanyak pembicaraan yang diperbolehkan, karena hal tersebut dapat menyeret kepada perbuatan yang diharamkan atau yang makruh.
7.Termasuk kesempurnaan iman adalah menghormati tetangganya dan memperhatikanya serta tidak menyakitinya.
8.Wajib berbicara saat dibutuhkan, khususnya jika bertujuan menerangkan yang haq dan ber-'amar ma’ruf nahi munkar'.
9.Memuliakan tamu termasuk diantara kemuliaan akhlak dan pertanda komitmennya terhadap syariat Islam.
10.Anjuran untuk mempergauli orang lain dengan baik.