Bismillah

Bismillah
Awali aktivitas anda di blog ini dengan do'a di atas :)

Saturday 25 February 2017

Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Berwajah Masam

Source: www.bbg-alilmu.com

عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ (1) أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ (2) وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ (3) أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَىٰ (4) أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَىٰ (5)
فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّىٰ (6) وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ (7) وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَىٰ (8) وَهُوَ يَخْشَىٰ (9) فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّىٰ (10) كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ (11)11)

Terjemahan:
"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, (Q.S ‘Abasa: 1-11)

At Tirmidzi dan Al Hakim meriwaytakan dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha bahwa ayat-ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah ibn Ummi Maktum, seorang buta yang dating kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata: “Berilah aku petunjuk wahai Rasulullah.” Pada waktu itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang menghadapai para pembesar musyrikin Quraisy. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berharap mereka mau masuk Islam. Beliau berpaling dari Ibn Ummi Maktum dan tetap menghadapi para pembesar Quraisy. Ibn Ummi Maktum kembali berkata : "Apakah yang kukatakan ini mengganggumu wahai Rasul?" Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Tidak". Tidak lama berselang, turunlah ayat-ayat tersebut menegur sikap dan perilaku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (As-Suyuthi, 2002).

Pelajaran yang dapat kita ambil dari peristiwa ini adalah bahwa manfaat dan petunjuk rohani tidak dapat diukur dari kedudukan seseorang. Orang miskin,, orang buta, pincanng, atau cacat , mungkin lebihh mudah menerima ajaran Allah daripada orang yang tampak sangat berbakat tetapi sombong dan merasa diri berkecukupan. Seseungguhnya wahyu Allah diturunkan kepada semua umat manusia tanpa memedulikan kedudukan sosial mereka (Ali, 1993).

Sumber: Mengerti Asbabun Nuzul, Muhammad Chirzin, dengan beberapa perubahan redaksi)

No comments:

Post a Comment